Jumat, 11 Juni 2010

Bersahabat Dengan Hati Yang Menenteramkan

Bersahabat Dengan Hati Yang Menenteramkan
Aku di pesan oleh guruku yang bernama Abdussalam bin Masyisy ra : "Jangan anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkan keridaan Allah, jangan duduk di suatu majelis kecuali yang aman dari murka Allah (bukan tempat maksiat), jangan bersahabat kecuali dengan orang yang dapat membantumu untuk istiqomah beribadah kepada Allah, dan jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang dapat menambah keimananmu kepada Allah. Sedang yang demikian itu sudah sangat sulit didapat".
Pesan di atas diungkapkan salah seorang tokoh terkemuka di jamannya, seorang yang saleh lagi luas ilmu pengetahuannya, Ia pendiri thariqot Syadziliah bernama lengkap Abu Hasan Asysyadzili ra. (Mukadimah al-Hikam Ibnu Attoilah ra).
Dalam ungkapan lain dikatakan "Barang siapa bersahabat dengan suatu kaum, maka ia merupakan bagian dari sahabatnya itu". Dalam arti akan terpengaruh kebiasaannya, jika baik akan tertular kebaikannya sebaliknya jika buruk akan terpengaruh juga. Umpamanya seorang Polisi sedang mengungkap kasus pembunuhan, sudah bukan rahasia lagi, pasti sahabat dekat akan menjadi orang pertama dijadikan target pengungkapan informasi. Berhati-hatilah dalam menentukan pilihan, salah kaprah akan membawa bencana dunia akhirat.
Wahai sahabat, hatimu adalah cermin yang mengkilap. Kau harus membersihkan debu yang menutupinya, karena hati ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia-rahasia ilahi. Al-Gojali dalam Essential Sufisme hal 124.
Hati merupakan sahabat sejati, dalam kebahagiaan tak ikut berpesta fora, ketika dalam lara tak bermuram durja, tetap setia dalam suka dan duka. Hati dalam pandangan Ragib al-Jerahi salah seorang penginjil asal Amerika yang kini menjadi seorang muslim dan mendalami tasawuf, dalam bukunya Heart, self, & soul : The Sufi Psychology of growth, Balance and Harmony menyatakan :"Hati adalah bagaikan tempat suci yang ditempatkan tuhan di dalam diri setiap manusia, tempat suci untuk menampung percikkan ilahi di dalam diri kita. Dalam sebuah hadis yang populer Tuhan berkata, Aku yang tak cukup ditampung oleh langit dan bumi, melainkan tertampung dalam hati seorang yang beriman dengan tulus. Tempat suci di dalam diri kita ini lebih berharga dari tempat suci di mana pun. Maka, jika kita melukai hati orang lain, dosanya lebih besar dari menghancurkan tempat suci yang ada di dunia ini".
Memperhatikan ungkapan di atas, menjaga hati sangatlah penting, karena hati memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian seseorang. Tak berlebihan jika Rasulullah SAW pun mengungkapkan dalam sabdanya :



Artinya : Ingatlah, sesungguhnya dalam diri manusia ada segumpal daging, jika daging itu baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika daging itu rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya. (HR. Bukhari ra)
Sahabat kita yang satu ini dapat terkena penyakit, sebagaimana organ tubuh yang lain. Bedanya jika organ tubuh sakit dirasakan diri sendiri sementara yang dapat mengobatinya adalah orang lain. sedang ketika hati kita sakit dirasakan orang lain dan diri sendirilah yang berusaha menyembuhkannya. Umpamanya seseorang sakit flu, ia akan merasakan penderitaannya. Dibutuhkan dokter yang dapat membantu menyembuhkannya. Jika seseorang bertabiat sombong, maka akan dirasakan orang yang berada di sekitarnya, untuk dapat sembuh ialah sendiri yang harus berjuang mengobatinya, dengan cara beribadah dan banyak berzikir baik dengan lisannya lebih-lebih dengan hatinya, dengan berdzikir kita akan sadar tidak layak sombong karena manusia tempat kekurangan dan kekhilafan.
Imam Ibnul Qayyim dalam kitab kalimat al-Thayyib halaman 89, mengungkapkan :


Artinya : Tidak diragukan bahwa hati berkarat seperti berkaratnya tembaga, perak dan yang lainnya. Dan bersihnya hati adalah dengan berzikir, dengan berzikir hati akan menjadi cemerlang bagaikan cermin yang mengkilat. Jika dibiarkan hati akan berkarat lagi dan jika berzikir akan kembali bersih.
Yang menimbulkan berkaratnya hati menurut Ibnul Qayyim ra, adalah lupa kepada Allah dan melakukan perbuatan dosa. Ini didasarkan beberapa hadis Rasulullah SAW yang menyatakan demikian, sementara alat untuk membersihkannya yakni memohon ampun dan mendawamkan dzikirullah. Rasulullah SAW bersabda :


Artinya : Sesungguhnya setiap segala sesuatu itu ada alat untuk membersihkannya, dan untuk membersihkan hati adalah dzikrullah (banyak mengingat Allah). HR. Baihaqi ra.
Dalam surat al-Ra'du ayat 28 Allah SWT berfirman.

            

Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat Allah). Ingatlah, Hanya dengan berzikir (mengingati Allah sajalah) hati menjadi tenteram.
Memiliki hati yang selalu berzikir laksana memiliki sahabat yang menenteramkan, jika hati kita lalai dan selalu lupa kepada Allah SWT maka secara tidak sadar kita menjadikan syaitan sebagai sahabat sejati, selalu membisikkan tipu daya yang akibatnya terjerumus dalam limbah dosa. Allah SWT berfirman :

 •          
Artinya : Barang siapa yang berpaling dari mengingat Allah yang Maha Pemurah, kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman sejati yang selalu menyertainya. (QS. Al-Zuhruf : 36)
Zikir bukan sekedar menenteramkan pengamalnya, tetapi juga dapat membebaskan dari belenggu syaitan musuh abadi yang terkadang sering dijadikan sahabat. Syaitan akan menggoda manusia dari berbagai arah, sebagaimana pernyataan syaitan yang abadi termaktub dalam Al-Qur'an, sesaat setelah di usir dari singgasana surga oleh Allah SWT.

   •      •               
Artinya : Iblis menjawab: "Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, (16). Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat) (17). QS. Al-Araf : 16-17.

Ketika malaikat mendengarkan pernyataan syaitan yang demikian tegas, malaikat menyatakan. "Bagaimana Manusia Dapat Selamat Dari godaan syaitan, sementara dari berbagai arah telah disiapkan perangkap untuk menggelincirkan manusia". Allah SWT yang maha pemurah dan penyayang berfirman :
  •          
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was (digoda) dari syaitan, mereka ingat kepada Allah (zikrullah), Maka ketika itu juga mereka melihat (sadar akan) kesalahan-kesalahannya. QS. Al-Araf : 201.
Berkaitan ayat ini al-Ustadz Al-Bahi Al-Kauli ra dalam kitab tadzkiratud Du' ah halaman 198, menyatakan .


Artinya : ketahuilah, bahwa zikrullah yang dilakukan dalam segala keadaan dan setiap waktu, akan mendatangkan rahasia-rahasia ilahi dan cahaya pencerahan ke dalam jiwa, dengan semua itu akan hilang segala kesengsaraan.
Zikir yang dimaksud di atas, bukan dilakukan lisan saja, tetapi tembus ke dalam hati. Lisan sangat terbatas ruang dan waktu, sementara hati memiliki keluasan ruang dan waktu nyaris tanpa batas. Di mana pun, sedang apa pun dan ke mana pun hati dapat dilatih untuk mengingat Allah SWT. Bersahabatlah dengan hati yang selalu berzikir karena akan membawa ketenteraman, jika hati kita belum bisa melakukannya, bersahabatlah dengan orang yang sudah terbiasa hatinya berzikir kepada Allah, dengan kemurahan-Nya kita akan terpengaruh untuk dapat melakukannya. Wallahu'alam.MaHat












Tidak ada komentar: